Jumat, 19 Mei 2017

Usaha Pengerajin Injuk Raih Rp.450 jt +

Usaha Pengerajin Injuk Raih Rp.450 jt +
Ayo orang coba beritahu saudara kita di daerah, siapa tahu ini peluang kita!

Pengerajin Ijuk

Kini usaha pengolahan injuk yang dirintisnya Pengerajin Injuk  sudah mencapai omzet penjualan di atas Rp400 juta setiap bulannya,

belum termasuk injuk olahan bagi kepentingan ekspor ke beberapa negara terutama Taiwan.
Desa Cimuncang Kecamatan Bantarujeg, Majalengka terletak di kaki Gunung Ciremai

Daerah itu selama ini dikenal kalangan masyarakat Jawa Barat sebagai daerah pemasok sayur-mayur karena tanahnya yang subur.

namun daerah terpencil di kaki gunung atau 40 km dari pusat Kota Majalengka itu kini aman dan damai.

Bahkan roda perekonomian rakyat Desa Cimuncang seolah kian bersinar
setelah seorang warga asli desa bernama Pengerajin Injuk  merintis usaha pembuatan sapu berbahan baku injuk yang diperoleh dari pohon aren.

Warga setempat pun bangga karena injuk hasil desanya juga telah melanglang buana di pasaran ekspor seperti Taiwan dan Jepang


Pengerajin Ijuk






Disana digunakan dipasok untuk keperluan pembuatan mebel serta peralatan tempat tidur.

Sementara tak kurang dari 60.000 buah produk sapu berbahan baku injuk setiap bulannya terus mengalir ke pasar domestik di berbagai daerah.

Malah pasokan sapu dikabarkan masih terasa kurang oleh sejumlah grosir di Jakarta dan Surabaya yang meminta kiriman 80.000 hingga 100.000 buah per bulan.

Pengerajin Injuk  yang kini berumur 44 tahun merupakan pelopor berdirinya usaha pengolahan injuk di Bantarujeg dengan nama PD Jaya Indah

kini menjadi pemasok utama kebutuhan injuk domestik untuk keperluan perajin, proyek properti, ekspor hingga aneka produk berbahan baku tebuan.

“Sekarang saya mempunyai karyawan hingga 135 orang yang berasal dari kampung sendiri.
Bila mereka tidak lagi mengerjakan sawah-sawahnya maka karyawannya bisa bertambah banyak,” ujarnya.

Pengerajin Ijuk

Dengan jumlah tenaga kerja seperti sekarang, lanjut Pengerajin Injuk , masih tergolong sedikit
sebab permintaan sapu berbahan injuk bisa melebihi 100.000 buah per bulan, 

sedangkan injuk untuk ekspor permintaannya bisa mencapai 30 ton per bulan.

Sementara kapasitas produksi yang dihasilkan usahanya yang tergolong industri kecil tidak lebih dari 60.000 buah sapu injuk serta 15 ton-20 ton injuk kualitas ekspor per bulan.

Pada awalnya usaha pengolahan injuk yang dirintis sejak 1994 itu hanya geluti tiga sampia sampai empat karyawan.

Bekal keterampilan engolahan injuk diperoleh Pengerajin Injuk  semasa kerja dengan perusahaan di kota lain.

“Saya dulu hanya seroang pekerja di perusahaan injuk. Tapi karena saya ingin maju dan injuk dari pohon aren banyak bertebaran di desa

maka saya mencoba membuka usaha sendiri dengan modal seadanya,” kenangnya.

Usaha Pengerajin Injuk  terus berkembang seiring dengan permintaan injuk yang terus naik,
terutama injuk berkualitas ekspor bagi kepentingan proyek properti, 

seperti pengisi sepiteng, untuk sapu injuk, serta untuk kepentingan bahan dasar tempat tidur dan mebel.

Pengerajin Ijuk


\



Kini usaha pengolahan injuk yang dirintisnya Pengerajin Injuk  sudah mencapai omzet penjualan di atas Rp400 juta setiap bulannya,

belum termasuk injuk olahan bagi kepentingan ekspor ke beberapa negara terutama Taiwan.
“Usaha ini mulai berkembang cepat setelah Bank Mandiri dari Cirebon memberikan pinjaman usaha kecil sebesar Rp100 juta

sehingga membantu dalam pengadaan kakab dari pohon aren yang dibeli dari petani,” katanya.
Kakab atau injuk yang baru diambil dari pohon aren itu sendiri dibeli dari petani seharga Rp5.000 per kg

kemudian diolah dengan teknik sederhana seperti proses penyisiran rambut serta dipintal dan dijual Rp12.000-Rp17.500 per kg untuk pasar ekspor.

Pengerajin Ijuk

Guna memenuhi permintaan injuk yang sudah diproses untuk kepentingan ekspor,

Pengerajin Injuk  tidak hanya mengandalkan pasokan bahan baku dari desanya tapi juga mengambil dari petani di wilayah Kabupaten Garut.

Hanya memang, menurut dia, penjualan berbagai jenis injuk tersebut masih melalui beberapa grosir terutama yang berada di Surabaya.

Termasuk dalam proses ekspornya yang dilakukan oleh trading house dan tidak dilakukan sendiri.

“Saya malah tidak tahu di Taiwan dan di Jepang-nya itu injuk dipakai untuk apa.

Pokoknya saya dan para karyawan hanya perlu menyisir injuk yang baru dibeli dari pohon aren menjadi injuk yang berukuran sama serta yang sudah disisir,” kata Pengerajin Injuk .

Peningkatan penjualan injuk baik dalam bentuk bahan setengah jadi atau yang sudah menjadi sapu dari tahun ke tahun terus meningkat.

Pada tahun 2000, menurut Pengerajin Injuk , nilai penjualan baru mencapai Rp250 juta per bulan.

Baca juga : Injuk Anti Radiasi Nuklir 
Baca juga : Kekuatan Injuk 100 x dari plastik 
Baca juga : Kerajinan Injuk adalan pohon aren
Baca juga : Kerajinan sapu Ijuk Lengkap Dengan Pembuatanya 

Namun pada tahun 2003 diperkirakan penjualannya akan lebih besar karena sudah mencapai Rp400 juta per bulan. Apalagi bila kalangan perbankan terus memberikan kreditnya.

“Karena saya itu kalau jual kan kadang menunggu cukup lama sampai cair sementara pembelian kakab atau injuk yang baru diambil dari pohon harus dibayar tunai  

Sehingga kalau penjualannya mau naik maka harus punya uang cukup besar,” katanya.

Pengerajin Ijuk

Menurut Kepala Kanwil VI Bank Mandiri Jawa Barat Kemal Ranadireksa hubungan bank dengan industri kecil semacam PD Jaya Indah memang sudah terjalin sejak industri

Namun, lanjutnya, Bank Mandiri berharap hubungan itu tidak sebatas penyaluran kredit saja
melainkan juga pembinaan pada aspek lainnya seperti pengelolaan keuangan perusahaan.

“Dengan begitu industri kecil tersebut benar-benar dapat memanfaatkan dananya seoptimal mungkin,” demikian Kemal.   Sumber: Bisnis Indonesia


Related Posts

Usaha Pengerajin Injuk Raih Rp.450 jt +
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.